Buku Urantia - Makalah 181
Nasihat dan Peringatan Terakhir



DOWNLOADS ➔   DOWNLOAD  PDF   PDF w/English 

Buku Urantia   

BAGIAN IV. Kehidupan dan Ajaran Yesus



   Makalah 181
Nasihat dan Peringatan Terakhir

Paper 181
Final Admonitions and Warnings

    SETELAH penutup ceramah perpisahan kepada sebelas rasul, Yesus bercakap-cakap secara informal dengan mereka dan menceritakan lagi banyak pengalaman yang bersangkutan dengan mereka sebagai kelompok dan sebagai perorangan. Akhirnya mulai disadari orang-orang Galilea ini bahwa teman dan guru mereka itu akan meninggalkan mereka, dan harapan mereka memegang pada janji bahwa, setelah sesaat lagi, dia akan kembali bersama mereka, tetapi mereka cenderung lupa bahwa kunjungan kembali ini juga hanya untuk sesaat saja. Banyak dari para rasul dan murid-murid terkemuka benar-benar berpikir bahwa janji untuk kembali untuk sesaat pendek ini (selang waktu pendek antara kebangkitan dan kenaikan) menunjukkan bahwa Yesus hanya akan pergi untuk kunjungan singkat kepada Bapanya, setelah itu dia akan kembali untuk mendirikan kerajaan. Dan penafsiran terhadap ajarannya semacam itu sesuai dengan keyakinan yang terbentuk sebelumnya maupun dengan harapan fanatik mereka. Karena keyakinan sepanjang hidup dan harapan-harapan untuk penggenapan keinginan mereka sesuai seperti itu, maka tidak sulit bagi mereka untuk menemukan suatu penafsiran terhadap kata-kata Guru yang akan membenarkan kerinduan kuat mereka.
181:0.1 (1953.1) AFTER the conclusion of the farewell discourse to the eleven, Jesus visited informally with them and recounted many experiences which concerned them as a group and as individuals. At last it was beginning to dawn upon these Galileans that their friend and teacher was going to leave them, and their hope grasped at the promise that, after a little while, he would again be with them, but they were prone to forget that this return visit was also for a little while. Many of the apostles and the leading disciples really thought that this promise to return for a short season (the short interval between the resurrection and the ascension) indicated that Jesus was just going away for a brief visit with his Father, after which he would return to establish the kingdom. And such an interpretation of his teaching conformed both with their preconceived beliefs and with their ardent hopes. Since their lifelong beliefs and hopes of wish fulfillment were thus agreed, it was not difficult for them to find an interpretation of the Master’s words which would justify their intense longings.
    Setelah ceramah perpisahan itu dibahas dan mulai mengendap dalam benak mereka, Yesus kembali memanggil para rasul untuk berkumpul dan memulai penyampaian nasihat dan peringatan terakhirnya.
181:0.2 (1953.2) After the farewell discourse had been discussed and had begun to settle down in their minds, Jesus again called the apostles to order and began the impartation of his final admonitions and warnings.

1. Kata-kata Penghiburan Terakhir

1. Last Words of Comfort

    Setelah sebelas menempati tempat-tempat mereka, Yesus berdiri dan berbicara pada mereka: “Selama aku ada bersama kamu dalam daging, aku hanyalah dapat menjadi satu orang di tengah-tengah kamu atau di seluruh dunia ini. Tapi ketika aku telah dilepaskan dari badan yang bersifat fana ini, aku akan dapat kembali sebagai penghuni roh dalam masing-masing kamu dan semua orang lain yang percaya injil kerajaan ini. Dengan cara ini Anak Manusia akan menjadi penjelmaan rohani dalam jiwa semua orang percaya yang sejati.
181:1.1 (1953.3) When the eleven had taken their seats, Jesus stood and addressed them: “As long as I am with you in the flesh, I can be but one individual in your midst or in the entire world. But when I have been delivered from this investment of mortal nature, I will be able to return as a spirit indweller of each of you and of all other believers in this gospel of the kingdom. In this way the Son of Man will become a spiritual incarnation in the souls of all true believers.
    “Setelah aku kembali untuk hidup di dalam kamu dan bekerja melalui kamu, aku bisa lebih baik memimpin kamu melalui kehidupan ini dan membimbing kamu melalui banyak tempat kediaman dalam kehidupan masa depan dalam langit segala langit. Hidup dalam ciptaan kekal-Nya Bapa itu bukanlah istirahat menganggur tak berujung dan kemudahan diri sendiri melainkan kemajuan tanpa henti dalam kasih karunia, kebenaran, dan kemuliaan. Masing-masing dari banyak, banyak sekali tempat persinggahan di rumah milik Bapaku itu adalah tempat perhentian sementara, suatu kehidupan yang dirancang untuk mempersiapkan kamu untuk hidup yang berikutnya lagi ke depan. Dan demikianlah anak-anak terang akan pergi dari kemuliaan kepada kemuliaan sampai mereka mencapai keadaan ilahi yang di dalamnya mereka disempurnakan secara rohani seperti Bapa adalah sempurna dalam segala hal.
181:1.2 (1953.4) “When I have returned to live in you and work through you, I can the better lead you on through this life and guide you through the many abodes in the future life in the heaven of heavens. Life in the Father’s eternal creation is not an endless rest of idleness and selfish ease but rather a ceaseless progression in grace, truth, and glory. Each of the many, many stations in my Father’s house is a stopping place, a life designed to prepare you for the next one ahead. And so will the children of light go on from glory to glory until they attain the divine estate wherein they are spiritually perfected even as the Father is perfect in all things.
    “Jika kamu mau mengikuti aku ketika aku meninggalkan kamu, ajukan upayamu yang paling sungguh-sungguh untuk hidup sesuai dengan roh dari ajaran-ajaranku dan dengan ideal dari hidupku—yaitu melakukan kehendak Bapaku. Lakukan ini, bukannya mencoba untuk menirukan kehidupan alamiku dalam daging seperti yang telah aku telah, terpaksa, diharuskan untuk menjalaninya di dunia ini.
181:1.3 (1953.5) “If you would follow after me when I leave you, put forth your earnest efforts to live in accordance with the spirit of my teachings and with the ideal of my life—the doing of my Father’s will. This do instead of trying to imitate my natural life in the flesh as I have, perforce, been required to live it on this world.
    “Bapa mengutus aku ke dalam dunia ini, tetapi hanya beberapa dari kamu telah memilih sepenuhnya untuk menerima aku. Aku akan mencurahkan rohku ke atas semua manusia, tapi semua orang tidak akan memilih untuk menerima guru yang baru ini sebagai penuntun dan penasihat bagi jiwa. Tapi sebanyak yang menerimanya akan dicerahkan, dibersihkan, dan dihiburkan. Dan Roh Kebenaran ini di dalam mereka akan menjadi suatu mata air hidup yang memancar ke dalam kehidupan kekal.
181:1.4 (1954.1) “The Father sent me into this world, but only a few of you have chosen fully to receive me. I will pour out my spirit upon all flesh, but all men will not choose to receive this new teacher as the guide and counselor of the soul. But as many as do receive him shall be enlightened, cleansed, and comforted. And this Spirit of Truth will become in them a well of living water springing up into eternal life.
    “Dan sekarang, karena aku hendak meninggalkan kamu, aku akan mengucapkan kata-kata penghiburan. Damai aku tinggalkan bersama kamu; damaiku aku berikan kepada kamu. Aku membuat pemberian-pemberian ini tidak seperti yang dunia berikan—yaitu berdasarkan ukuran—tapi aku berikan setiap kamu semua yang kamu mau terima. Janganlah gelisah hatimu, janganlah juga takut. Aku telah mengalahkan dunia, dan dalam aku kamu semua akan menang melalui iman. Aku telah memperingatkan kamu bahwa Anak Manusia akan dibunuh, tapi aku memastikan kamu aku akan kembali sebelum aku pergi kepada Bapa, meskipun itu hanya sebentar. Dan setelah aku naik kepada Bapa, aku pastilah akan mengirim guru yang baru itu untuk bersama kamu dan tinggal di dalam hati-hati kamu itu. Dan ketika kamu melihat semuanya ini terjadi, janganlah kecil hati, melainkan percayalah, berhubung kamu tahu itu semua sebelumnya. Aku telah mengasihi kamu dengan perhatian yang besar, dan aku tidak akan meninggalkan kamu, tapi itu adalah kehendak Bapa. Saatku sudah tiba.
181:1.5 (1954.2) “And now, as I am about to leave you, I would speak words of comfort. Peace I leave with you; my peace I give to you. I make these gifts not as the world gives—by measure—I give each of you all you will receive. Let not your heart be troubled, neither let it be fearful. I have overcome the world, and in me you shall all triumph through faith. I have warned you that the Son of Man will be killed, but I assure you I will come back before I go to the Father, even though it be for only a little while. And after I have ascended to the Father, I will surely send the new teacher to be with you and to abide in your very hearts. And when you see all this come to pass, be not dismayed, but rather believe, inasmuch as you knew it all beforehand. I have loved you with a great affection, and I would not leave you, but it is the Father’s will. My hour has come.
    “Jangan ragukan setiap kebenaran ini bahkan setelah kamu tersebar kemana-mana oleh penganiayaan dan tertunduk oleh banyak dukacita. Ketika kamu merasa bahwa kamu sendirian di dunia ini, aku akan tahu mengenai kesendirian kamu, demikian pula ketika kamu tersebar masing-masing ke tempat kamu, meninggalkan Anak Manusia dalam tangan musuh-musuhnya, kamu akan mengetahui kesendirianku. Tapi aku tidak pernah sendiri; selalu ada Bapa bersamaku. Bahkan pada saat seperti itupun aku akan berdoa untuk kamu. Dan semua hal ini telah aku beritahukan agar kamu mungkin memiliki damai dan memilikinya lebih berlimpah. Dalam dunia ini kamu akan mendapat aniaya, tetapi tetap bergembiralah; aku telah berkemenangan di dunia dan menunjukkan kepada kamu jalan menuju sukacita kekal dan pelayanan selama-lamanya.”
181:1.6 (1954.3) “Doubt not any of these truths even after you are scattered abroad by persecution and are downcast by many sorrows. When you feel that you are alone in the world, I will know of your isolation even as, when you are scattered every man to his own place, leaving the Son of Man in the hands of his enemies, you will know of mine. But I am never alone; always is the Father with me. Even at such a time I will pray for you. And all of these things have I told you that you might have peace and have it more abundantly. In this world you will have tribulation, but be of good cheer; I have triumphed in the world and shown you the way to eternal joy and everlasting service.”
    Yesus memberikan damai kepada sesamanya, para pelaku kehendak Tuhan tetapi tidak menurut golongan sukacita dan kepuasan dari dunia materi ini. Para materialis dan fatalis yang tidak percaya hanya bisa berharap untuk menikmati hanya dua jenis damai dan penghiburan jiwa: Entah mereka harus menjadi orang stoic, yang dengan resolusi teguh bertekad untuk menghadapi yang tak terelakkan dan menanggung yang terburuk; atau mereka harus menjadi orang optimis, yang selalu kecanduan pada harapan itu yang memancar kekal dalam dada manusia, dengan sia-sia merindukan untuk damai yang tidak pernah benar-benar datang.
181:1.7 (1954.4) Jesus gives peace to his fellow doers of the will of God but not on the order of the joys and satisfactions of this material world. Unbelieving materialists and fatalists can hope to enjoy only two kinds of peace and soul comfort: Either they must be stoics, with steadfast resolution determined to face the inevitable and to endure the worst; or they must be optimists, ever indulging that hope which springs eternal in the human breast, vainly longing for a peace which never really comes.
    Sejumlah tertentu dari ajaran stoikisme maupun optimisme itu berguna dalam menjalani kehidupan di bumi, tetapi keduanya tidak berkaitan sedikitpun dengan kedamaian agung yang Anak Tuhan karuniakan ke atas saudara-saudaranya dalam daging. Damai yang Mikhael berikan pada anak-anaknya di bumi adalah damai itu juga yang mengisi jiwanya sendiri ketika dia sendiri menjalani kehidupan insani dalam daging dan di dunia ini juga. Damainya Yesus adalah sukacita dan kepuasan dari individu yang mengenal Tuhan yang telah mencapai kemenangan mempelajari sepenuhnya bagaimana melakukan kehendak Tuhan sementara menjalani kehidupan fana dalam daging. Damainya batin Yesus didasarkan pada suatu iman manusia yang mutlak dalam aktualitas pemeliharaan Bapa ilahi yang bijaksana dan simpatik. Yesus mendapat permasalahan di bumi, dia bahkan telah secara keliru disebut sebagai “orang yang penuh kesengsaraan,” tetapi dalam dan melalui semua pengalaman ini dia menikmati penghiburan dari keyakinan itu yang selalu memberinya kekuatan untuk terus melanjutkan tujuan hidupnya dalam kepastian penuh bahwa dia sedang melaksanakan kehendak Bapa.
181:1.8 (1954.5) A certain amount of both stoicism and optimism are serviceable in living a life on earth, but neither has aught to do with that superb peace which the Son of God bestows upon his brethren in the flesh. The peace which Michael gives his children on earth is that very peace which filled his own soul when he himself lived the mortal life in the flesh and on this very world. The peace of Jesus is the joy and satisfaction of a God-knowing individual who has achieved the triumph of learning fully how to do the will of God while living the mortal life in the flesh. The peace of Jesus’ mind was founded on an absolute human faith in the actuality of the divine Father’s wise and sympathetic overcare. Jesus had trouble on earth, he has even been falsely called the “man of sorrows,” but in and through all of these experiences he enjoyed the comfort of that confidence which ever empowered him to proceed with his life purpose in the full assurance that he was achieving the Father’s will.
    Yesus bertekad, gigih, dan benar-benar mengabdi pada pemenuhan misinya, tapi dia bukan seorang stoa yang tak berperasaan dan kebal; dia selalu mencari aspek kegembiraan dari pengalaman hidupnya, tapi dia bukan seorang optimis yang buta dan menipu diri sendiri. Guru tahu semua yang akan menimpa dirinya, dan dia tidak takut. Setelah dia menganugerahkan damai ini kepada masing-masing pengikutnya, dia secara konsisten bisa berkata, “Janganlah gelisah hatimu, janganlah juga takut.”
181:1.9 (1954.6) Jesus was determined, persistent, and thoroughly devoted to the accomplishment of his mission, but he was not an unfeeling and calloused stoic; he ever sought for the cheerful aspects of his life experiences, but he was not a blind and self-deceived optimist. The Master knew all that was to befall him, and he was unafraid. After he had bestowed this peace upon each of his followers, he could consistently say, “Let not your heart be troubled, neither let it be afraid.”
    Damai dari Yesus, sebab itu, adalah kedamaian dan kepastian seorang anak yang sepenuhnya percaya bahwa kariernya untuk waktu dan kekekalan itu secara aman dan sepenuhnya berada dalam pemeliharaan dan penjagaan Bapa roh yang mahabijaksana, mahakasih, dan mahakuasa. Dan inilah, memang, suatu damai yang melewati pemahaman pikiran manusia fana, tetapi yang dapat dinikmati hingga penuh oleh hati manusia yang percaya.
181:1.10 (1955.1) The peace of Jesus is, then, the peace and assurance of a son who fully believes that his career for time and eternity is safely and wholly in the care and keeping of an all-wise, all-loving, and all-powerful spirit Father. And this is, indeed, a peace which passes the understanding of mortal mind, but which can be enjoyed to the full by the believing human heart.

2. Nasihat-nasihat Pribadi Perpisahan

2. Farewell Personal Admonitions

    Guru telah selesai memberikan petunjuk perpisahannya dan menyampaikan nasihat terakhirnya kepada para rasul sebagai sebuah kelompok. Dia kemudian beralih untuk mengucapkan selamat tinggal secara perorangan dan memberikan kepada masing-masing sepatah kata untuk nasihat pribadi, bersama-sama dengan berkat perpisahannya. Para rasul masih duduk seputar meja seperti ketika mereka pertama kali duduk untuk ikut dalam Perjamuan Terakhir, dan sementara Guru pergi seputar meja berbicara kepada mereka, setiap orang bangkit berdiri ketika Yesus berbicara kepadanya.
181:2.1 (1955.2) The Master had finished giving his farewell instructions and imparting his final admonitions to the apostles as a group. He then addressed himself to saying good-bye individually and to giving each a word of personal advice, together with his parting blessing. The apostles were still seated about the table as when they first sat down to partake of the Last Supper, and as the Master went around the table talking to them, each man rose to his feet when Jesus addressed him.
    Kepada Yohanes, Yesus berkata: “Kamu, Yohanes, adalah yang paling muda dari saudara-saudaraku. Kamu telah sangat dekat dengan aku, dan meskipun aku mengasihi kamu semua dengan kasih yang sama dengan yang seorang bapa limpahkan pada anak-anaknya, kamu ditunjuk oleh Andreas sebagai satu dari tiga yang harus selalu berada di dekatku. Selain ini, kamu telah bertindak demi aku dan harus terus bertindak demikian dalam banyak urusan mengenai keluargaku di bumi. Dan aku pergi kepada Bapa, Yohanes, dengan keyakinan penuh bahwa kamu akan terus mengawasi mereka yang adalah milikku dalam daging. Pastikan bahwa kebingungan mereka saat ini mengenai misiku sama sekali tidak mencegah kamu mengulurkan kepada mereka semua simpati, nasihat, dan bantuan sama seperti kamu tahu aku lakukan jika aku tetap berada dalam daging. Dan ketika mereka semua datang melihat terang dan masuk sepenuhnya ke dalam kerajaan, meskipun kamu semua akan menyambut mereka dengan gembira, aku bersandar pada kamu, Yohanes, untuk menyambut mereka demi aku.
181:2.2 (1955.3) To John, Jesus said: “You, John, are the youngest of my brethren. You have been very near me, and while I love you all with the same love which a father bestows upon his sons, you were designated by Andrew as one of the three who should always be near me. Besides this, you have acted for me and must continue so to act in many matters concerning my earthly family. And I go to the Father, John, having full confidence that you will continue to watch over those who are mine in the flesh. See to it that their present confusion regarding my mission does not in any way prevent your extending to them all sympathy, counsel, and help even as you know I would if I were to remain in the flesh. And when they all come to see the light and enter fully into the kingdom, while you all will welcome them joyously, I depend upon you, John, to welcome them for me.
    “Dan sekarang, sementara aku masuk pada jam-jam penutupan pekerjaan bumiku, tetaplah dekat agar aku dapat meninggalkan pesan apapun kepadamu mengenai keluargaku. Berkenaan dengan pekerjaan yang ditaruh dalam tanganku oleh Bapa, hal itu sekarang selesai kecuali kematianku dalam daging, dan aku siap untuk minum cawan yang terakhir ini. Tapi karena tanggung jawab yang diserahkan kepadaku oleh ayah bumiku, Yusuf, meskipun aku mengurusi hal-hal ini selama hidupku, aku sekarang harus bergantung kepada kamu untuk bertindak mewakili aku dalam semua urusan ini. Dan aku telah memilih kamu untuk melakukan hal ini demi aku, Yohanes, karena kamu adalah yang termuda dan karena itu akan sangat mungkin hidup lebih lama daripada rasul-rasul yang lain ini.
181:2.3 (1955.4) “And now, as I enter upon the closing hours of my earthly career, remain near at hand that I may leave any message with you regarding my family. As concerns the work put in my hands by the Father, it is now finished except for my death in the flesh, and I am ready to drink this last cup. But as for the responsibilities left to me by my earthly father, Joseph, while I have attended to these during my life, I must now depend upon you to act in my stead in all these matters. And I have chosen you to do this for me, John, because you are the youngest and will therefore very likely outlive these other apostles.
    “Pernah kami memanggil kamu dan saudaramu anak-anak guruh. Kamu mulai bersama kita berpikiran keras dan tidak toleran, tetapi kamu telah berubah banyak sejak kamu inginkan aku memanggil api turun ke atas kepala orang-orang tidak percaya yang bodoh dan ceroboh itu. Dan kamu masih harus berubah lebih lagi. Kamu harus menjadi rasul dari perintah baru yang aku malam ini telah berikan kepadamu. Abdikan hidupmu untuk mengajari saudara-saudara kamu bagaimana untuk saling mengasihi, seperti aku telah mengasihi kamu.”
181:2.4 (1955.5) “Once we called you and your brother sons of thunder. You started out with us strong-minded and intolerant, but you have changed much since you wanted me to call fire down upon the heads of ignorant and thoughtless unbelievers. And you must change yet more. You should become the apostle of the new commandment which I have this night given you. Dedicate your life to teaching your brethren how to love one another, even as I have loved you.”
    Saat Yohanes Zebedeus berdiri di sana dalam ruang atas, air mata bergulir turun di pipinya, ia menatap wajah Guru dan berkata: “Dan begitulah akan aku lakukan, Guruku, tapi bagaimana aku bisa belajar mengasihi saudara-saudaraku lebih lagi?” Lalu jawab Yesus: “Kamu akan belajar lebih mengasihi saudara-saudaramu kalau kamu pertama-tama belajar untuk lebih lagi mengasihi Bapa mereka di surga, dan setelah kamu menjadi benar-benar lebih tertarik pada kesejahteraan mereka dalam waktu dan dalam kekekalan. Dan semua minat manusia seperti itu dipupuk oleh simpati yang memahami, pelayanan tanpa pamrih, dan pengampunan yang tak habis-habisnya. Jangan ada orang yang akan merendahkan kemudaanmu, tapi aku menasihatkan kamu selalu memberikan pertimbangan sepantasnya pada fakta bahwa usia seringkali mewakili pengalaman, dan bahwa tidak ada dalam urusan manusia yang dapat menggantikan tempat pengalaman nyata. Berusahalah untuk hidup damai dengan semua orang, khususnya teman-temanmu dalam persaudaraan kerajaan surgawi. Dan, Yohanes, selalu ingat, jangan bertengkar dengan jiwa-jiwa yang kamu mau menangkan untuk kerajaan.”
181:2.5 (1955.6) As John Zebedee stood there in the upper chamber, the tears rolling down his cheeks, he looked into the Master’s face and said: “And so I will, my Master, but how can I learn to love my brethren more?” And then answered Jesus: “You will learn to love your brethren more when you first learn to love their Father in heaven more, and after you have become truly more interested in their welfare in time and in eternity. And all such human interest is fostered by understanding sympathy, unselfish service, and unstinted forgiveness. No man should despise your youth, but I exhort you always to give due consideration to the fact that age oftentimes represents experience, and that nothing in human affairs can take the place of actual experience. Strive to live peaceably with all men, especially your friends in the brotherhood of the heavenly kingdom. And, John, always remember, strive not with the souls you would win for the kingdom.”
    Kemudian Guru, melewati seputar tempatnya sendiri, berhenti sejenak di sisi tempatnya Yudas Iskariot. Para rasul agak heran karena Yudas belum kembali sebelum ini, dan mereka sangat ingin tahu makna wajah sedih Yesus saat dia berdiri di sisi tempat kosong si pengkhianat itu. Tapi tak ada dari mereka, kecuali mungkin Andreas, yang menyimpan pikiran sedikitpun bahwa bendahara mereka telah pergi untuk mengkhianati Gurunya, seperti yang Yesus telah isyaratkan kepada mereka sebelumnya pada petang hari dan selama perjamuan. Begitu banyak yang telah berlangsung sehingga, pada waktu itu, mereka sama sekali sudah melupakan pengumuman Guru bahwa salah seorang dari mereka akan mengkhianatinya.
181:2.6 (1956.1) And then the Master, passing around his own seat, paused a moment by the side of the place of Judas Iscariot. The apostles were rather surprised that Judas had not returned before this, and they were very curious to know the significance of Jesus’ sad countenance as he stood by the betrayer’s vacant seat. But none of them, except possibly Andrew, entertained even the slightest thought that their treasurer had gone out to betray his Master, as Jesus had intimated to them earlier in the evening and during the supper. So much had been going on that, for the time being, they had quite forgotten about the Master’s announcement that one of them would betray him.
    Yesus kemudian pergi ke Simon Zelot, yang berdiri dan mendengarkan nasihat ini: “Kamu adalah anak sejati dari Abraham yang sejati, tapi sungguh lama aku telah mencoba untuk membuat kamu menjadi seorang anak dari kerajaan surgawi ini. Aku mengasihimu dan begitu juga semua saudara-saudaramu. Aku tahu bahwa kamu mengasihiku, Simon, dan bahwa kamu juga mengasihi kerajaan, tetapi kamu masih tetap ingin membuat kerajaan ini datang sesuai dengan keinginanmu. Aku tahu betul bahwa kamu pada akhirnya akan memahami sifat dan makna rohani dari injilku, dan bahwa kamu akan melakukan pekerjaan berani dalam pekabarannya, tapi aku cemas mengenai apa yang bisa terjadi pada kamu ketika aku pergi. Aku akan bersukacita jika tahu bahwa kamu tidak akan goyah; aku akan menjadi senang jika aku dapat mengetahui bahwa, setelah aku pergi kepada Bapa, kamu tidak akan berhenti menjadi rasulku, dan bahwa kamu akan dengan memuaskan mengembalikan dirimu sebagai duta kerajaan surgawi.”
181:2.7 (1956.2) Jesus now went over to Simon Zelotes, who stood up and listened to this admonition: “You are a true son of Abraham, but what a time I have had trying to make you a son of this heavenly kingdom. I love you and so do all of your brethren. I know that you love me, Simon, and that you also love the kingdom, but you are still set on making this kingdom come according to your liking. I know full well that you will eventually grasp the spiritual nature and meaning of my gospel, and that you will do valiant work in its proclamation, but I am distressed about what may happen to you when I depart. I would rejoice to know that you would not falter; I would be made happy if I could know that, after I go to the Father, you would not cease to be my apostle, and that you would acceptably deport yourself as an ambassador of the heavenly kingdom.”
    Yesus baru saja berhenti berbicara kepada Simon Zelot ketika patriot yang berapi-api itu, sambil mengeringkan matanya, menjawab: "Guru, jangan kuatir untuk kesetiaanku. Aku telah meninggalkan segala sesuatu agar aku bisa mengabdikan hidupku untuk pendirian kerajaanmu di bumi ini, dan aku tidak akan goyah. Aku telah selamat dari setiap kekecewaan sejauh ini, dan aku tidak akan meninggalkan engkau."
181:2.8 (1956.3) Jesus had hardly ceased speaking to Simon Zelotes when the fiery patriot, drying his eyes, replied: “Master, have no fears for my loyalty. I have turned my back upon everything that I might dedicate my life to the establishment of your kingdom on earth, and I will not falter. I have survived every disappointment so far, and I will not forsake you.”
    Dan kemudian, sambil meletakkan tangannya di bahu Simon, Yesus berkata: "Sungguh menyegarkan mendengar kamu bicara seperti itu, terutama pada saat seperti ini, tapi, temanku yang baik, kamu masih belum tahu apa yang kamu bicarakan. Tidak sesaatpun aku meragukan kesetiaanmu, pengabdianmu; aku tahu kamu tidak akan ragu untuk pergi dalam pertempuran dan mati bagi aku, seperti semua yang lain ini juga” (dan mereka semua dengan kuat mengangguk setuju), “tapi itu tidak akan diminta dari kamu. Aku telah berulang kali memberitahukanmu bahwa kerajaanku itu bukan dari dunia ini, dan bahwa murid-muridku tidak akan bertempur untuk menghasilkan pendiriannya. Aku telah mengatakan kepadamu hal ini berkali-kali, Simon, tapi kamu menolak untuk menghadapi kebenaran. Aku tidak kuatir mengenai loyalitasmu kepadaku dan kepada kerajaan, tapi apa yang akan kamu lakukan ketika aku pergi dan kamu akhirnya terbangun pada kenyataan bahwa kamu telah gagal untuk menangkap makna dari ajaranku, dan bahwa kamu harus menyesuaikan kesalah-pahamanmu pada kenyataan tentang tatanan urusan-urusan rohani yang berbeda dalam kerajaan?"
181:2.9 (1956.4) And then, laying his hand on Simon’s shoulder, Jesus said: “It is indeed refreshing to hear you talk like that, especially at such a time as this, but, my good friend, you still do not know what you are talking about. Not for one moment would I doubt your loyalty, your devotion; I know you would not hesitate to go forth in battle and die for me, as all these others would” (and they all nodded a vigorous approval), “but that will not be required of you. I have repeatedly told you that my kingdom is not of this world, and that my disciples will not fight to effect its establishment. I have told you this many times, Simon, but you refuse to face the truth. I am not concerned with your loyalty to me and to the kingdom, but what will you do when I go away and you at last wake up to the realization that you have failed to grasp the meaning of my teaching, and that you must adjust your misconceptions to the reality of another and spiritual order of affairs in the kingdom?”
    Simon ingin berbicara lebih jauh, tetapi Yesus mengangkat tangannya, dan sambil menghentikannya, lalu melanjutkan dengan mengatakan: “Tak satu pun dari rasul-rasulku yang lebih tulus dan jujur di hati daripada kamu, tetapi tidak ada satupun dari mereka yang akan begitu kecewa dan patah semangat seperti kamu, setelah kepergianku. Dalam semua kekecewaanmu rohku akan tinggal bersama kamu, dan mereka ini, saudara-saudaramu, tidak akan meninggalkan kamu. Jangan lupa apa yang telah kuajarkan kepadamu mengenai hubungan kewarganegaraan di bumi dengan keanakan dalam kerajaan rohaninya Bapa. Renungkan baik-baik semua yang telah kukatakan kepada kamu tentang memberikan kepada Kaisar apa yang milik Kaisar dan kepada Tuhan apa yang milik Tuhan. Abdikan hidupmu, Simon, untuk menunjukkan bagaimana memuaskannya manusia fana bisa memenuhi perintahku mengenai pengakuan bersamaan antara tugas duniawi terhadap kuasa-kuasa pemerintahan dan layanan rohani dalam persaudaraan kerajaan. Jika kamu mau diajar oleh Roh Kebenaran, tidak akan pernah ada konflik antara kewajiban kewarganegaraan di bumi dan keanakan di surga kecuali penguasa-penguasa duniawi berani untuk menuntut dari kamu pemujaan dan penyembahan yang adalah hanya milik Tuhan.
181:2.10 (1956.5) Simon wanted to speak further, but Jesus raised his hand and, stopping him, went on to say: “None of my apostles are more sincere and honest at heart than you, but not one of them will be so upset and disheartened as you, after my departure. In all of your discouragement my spirit shall abide with you, and these, your brethren, will not forsake you. Do not forget what I have taught you regarding the relation of citizenship on earth to sonship in the Father’s spiritual kingdom. Ponder well all that I have said to you about rendering to Caesar the things which are Caesar’s and to God that which is God’s. Dedicate your life, Simon, to showing how acceptably mortal man may fulfill my injunction concerning the simultaneous recognition of temporal duty to civil powers and spiritual service in the brotherhood of the kingdom. If you will be taught by the Spirit of Truth, never will there be conflict between the requirements of citizenship on earth and sonship in heaven unless the temporal rulers presume to require of you the homage and worship which belong only to God.
    “Dan sekarang, Simon, ketika kamu akhirnya melihat semua ini, dan setelah kamu membebaskan diri dari depresimu dan telah pergi memberitakan injil ini dalam kuasa yang besar, jangan pernah lupa bahwa aku ada bersamamu bahkan melalui semua masa kekecewaanmu, dan bahwa aku akan terus ada bersama kamu sampai pada akhirnya. Kamu akan selalu menjadi rasulku, dan setelah kamu menjadi bersedia untuk melihat melalui mata roh dan lebih sepenuhnya menyerahkan kehendakmu pada kehendak Bapa di surga, maka kamu akan kembali pada pekerjaan sebagai utusanku, dan tidak ada yang akan mengambil dari kamu kewenangan yang telah aku karuniakan atas kamu, karena lambatnya kamu memahami kebenaran yang aku telah ajarkan padamu. Jadi, Simon, sekali lagi aku memperingatkan kamu bahwa siapa yang bertarung dengan pedang akan binasa oleh pedang, sedangkan mereka yang bekerja dalam roh mencapai hidup selama-lamanya dalam kerajaan yang akan datang, dengan sukacita dan damai dalam kerajaan yang sekarang ada. Dan ketika pekerjaan yang diberikan ke dalam tanganmu itu selesai di bumi, kamu, Simon, akan duduk bersama aku dalam kerajaanku di atas sana. Kamu akan benar-benar melihat kerajaan yang kamu telah rindukan, tapi tidak dalam kehidupan yang ini. Teruslah percaya kepadaku dan pada apa yang telah aku ungkapkan kepadamu, dan kamu akan menerima karunia hidup yang kekal.”
181:2.11 (1957.1) “And now, Simon, when you do finally see all of this, and after you have shaken off your depression and have gone forth proclaiming this gospel in great power, never forget that I was with you even through all of your season of discouragement, and that I will go on with you to the very end. You shall always be my apostle, and after you become willing to see by the eye of the spirit and more fully to yield your will to the will of the Father in heaven, then will you return to labor as my ambassador, and no one shall take away from you the authority which I have conferred upon you, because of your slowness of comprehending the truths I have taught you. And so, Simon, once more I warn you that they who fight with the sword perish with the sword, while they who labor in the spirit achieve life everlasting in the kingdom to come with joy and peace in the kingdom which now is. And when the work given into your hands is finished on earth, you, Simon, shall sit down with me in my kingdom over there. You shall really see the kingdom you have longed for, but not in this life. Continue to believe in me and in that which I have revealed to you, and you shall receive the gift of eternal life.”
    Setelah Yesus selesai berbicara kepada Simon Zelot, dia melangkah ke Matius Lewi dan berkata: “Tidak lagi akan diserahkan ke atas kamu untuk mengisi kas kelompok kerasulan. Segera, sangat segera, kamu akan semua tercerai-berai; kamu tidak akan diizinkan untuk menikmati hubungan yang menghibur dan mendukung bahkan dari satupun saudara-saudaramu. Saat kamu maju memberitakan injil kerajaan ini, kamu akan harus menemukan bagi dirimu rekan-rekan yang baru. Aku telah mengutus kamu keluar berdua-dua selama masa-masa pelatihanmu, tapi bahwa sekarang aku akan meninggalkan kamu, setelah kamu pulih dari goncangan, kamu akan pergi sendirian, dan sampai ke ujung bumi, memberitakan kabar baik ini: Bahwa manusia yang dihidupkan oleh iman itu adalah anak-anak Tuhan.”
181:2.12 (1957.2) When Jesus had finished speaking to Simon Zelotes, he stepped over to Matthew Levi and said: “No longer will it devolve upon you to provide for the treasury of the apostolic group. Soon, very soon, you will all be scattered; you will not be permitted to enjoy the comforting and sustaining association of even one of your brethren. As you go onward preaching this gospel of the kingdom, you will have to find for yourselves new associates. I have sent you forth two and two during the times of your training, but now that I am leaving you, after you have recovered from the shock, you will go out alone, and to the ends of the earth, proclaiming this good news: That faith-quickened mortals are the sons of God.”
    Kemudian berbicaralah Matius: “Tapi, Guru, siapa yang akan mengutus kami, dan bagaimana kami akan tahu ke mana harus pergi? Apakah Andreas yang akan menunjukkan kepada kami jalannya?” Yesus menjawab: “Tidak, Lewi, Andreas tidak akan lagi memimpin kamu dalam pemberitaan injil. Dia akan, memang, terus sebagai teman dan penasihat kamu sampai hari itu ketika sang guru baru itu datang, dan kemudian Roh Kebenaran akan memimpin masing-masing kamu pergi kemana-mana untuk bekerja bagi perluasan kerajaan. Banyak perubahan telah terjadi atas kamu sejak hari itu di kantor bea cukai ketika kamu pertama kali berangkat untuk mengikuti aku; tetapi banyak lagi yang harus terjadi sebelum kamu akan dapat melihat visi tentang suatu persaudaraan yang di dalamnya orang kafir duduk bersama orang Yahudi dalam hubungan persaudaraan. Tapi lanjutkanlah dengan doronganmu untuk memenangkan saudara-saudara Yahudimu sampai kamu sepenuhnya puas dan kemudian berpalinglah dengan kuasa kepada orang-orang kafir. Satu hal yang kamu dapat pastikan, Lewi: kamu telah memenangi kepercayaan dan kasih sayang dari saudara-saudaramu; mereka semua mengasihimu.” (Dan semua sepuluh mereka menunjukkan persetujuan mereka pada kata-kata Guru).
181:2.13 (1957.3) Then spoke Matthew: “But, Master, who will send us, and how shall we know where to go? Will Andrew show us the way?” And Jesus answered: “No, Levi, Andrew will no longer direct you in the proclamation of the gospel. He will, indeed, continue as your friend and counselor until that day whereon the new teacher comes, and then shall the Spirit of Truth lead each of you abroad to labor for the extension of the kingdom. Many changes have come over you since that day at the customhouse when you first set out to follow me; but many more must come before you will be able to see the vision of a brotherhood in which gentile sits alongside Jew in fraternal association. But go on with your urge to win your Jewish brethren until you are fully satisfied and then turn with power to the gentiles. One thing you may be certain of, Levi: You have won the confidence and affection of your brethren; they all love you.” (And all ten of them signified their acquiescence in the Master’s words.)
    “Lewi, aku tahu banyak tentang kecemasan, pengorbanan, dan jerih lelahmu untuk menjaga kas terisi ulang yang mana saudara-saudaramu tidak tahu, dan aku bersukacita bahwa, meskipun dia yang membawa tas uang itu tidak hadir, duta pemungut cukai itu ada di sini pada pertemuan perpisahanku dengan utusan-utusan kerajaan. Aku berdoa agar kamu bisa melihat makna ajaranku dengan mata dari roh. Dan ketika guru yang baru itu datang ke dalam hatimu, ikuti terus sementara dia akan memimpin kamu dan biarlah saudara-saudaramu melihat -- bahkan seluruh dunia -- apa yang dapat Bapa lakukan untuk seorang pengumpul pajak yang dibenci yang berani mengikuti Anak Manusia dan percaya injil kerajaan. Bahkan dari pertama, Lewi, aku mengasihimu sama seperti aku kepada orang-orang Galilea yang lain ini. Maka ketahuilah baik-baik bahwa baik Bapa maupun Anak tidak pilih kasih, pastikan bahwa kamu tidak membeda-bedakan antara mereka yang menjadi orang percaya kepada injil melalui pelayanan kamu. Jadi, Matius, abdikanlah seluruh layanan hidup masa depanmu untuk menunjukkan semua orang bahwa Tuhan itu tidak pilih kasih; bahwa, dalam pandangan Tuhan dan dalam persekutuan kerajaan, semua manusia itu setara, semua orang percaya adalah anak-anak Tuhan.”
181:2.14 (1958.1) “Levi, I know much about your anxieties, sacrifices, and labors to keep the treasury replenished which your brethren do not know, and I am rejoiced that, though he who carried the bag is absent, the publican ambassador is here at my farewell gathering with the messengers of the kingdom. I pray that you may discern the meaning of my teaching with the eyes of the spirit. And when the new teacher comes into your heart, follow on as he will lead you and let your brethren see—even all the world—what the Father can do for a hated tax-gatherer who dared to follow the Son of Man and to believe the gospel of the kingdom. Even from the first, Levi, I loved you as I did these other Galileans. Knowing then so well that neither the Father nor the Son has respect of persons, see to it that you make no such distinctions among those who become believers in the gospel through your ministry. And so, Matthew, dedicate your whole future life service to showing all men that God is no respecter of persons; that, in the sight of God and in the fellowship of the kingdom, all men are equal, all believers are the sons of God.”
    Kemudian Yesus melangkah ke Yakobus Zebedeus, yang berdiri dengan diam saat Guru berbicara kepadanya, berkata: “Yakobus, ketika kamu dan adikmu suatu kali datang kepadaku mencari keutamaan dalam kehormatan kerajaan, dan aku katakan bahwa kehormatan seperti itu adalah Bapa yang anugerahkan, aku bertanya apakah kamu mampu meminum cawanku, dan kamu berdua menjawab bahwa kamu mampu. Bahkan jika kamu saat itu tidak mampu, dan jika kamu sekarang tidak mampu, kamu akan segera disiapkan untuk layanan tersebut oleh pengalaman yang kamu akan segera lewati. Oleh perilaku tersebut kamu membuat marah saudara-saudaramu pada waktu itu. Jika mereka belum sepenuhnya memaafkanmu, mereka akan memaafkanmu ketika mereka melihat kamu minum cawanku. Apakah pelayananmu itu akan panjang atau pendek, kuasailah jiwamu dalam kesabaran. Ketika guru baru itu datang, biarlah dia mengajarkanmu sikap tenang belas kasihan dan toleransi simpatik yang lahir dari keyakinan mendalam kepadaku dan dari penyerahan yang sempurna pada kehendak Bapa. Abdikan hidupmu untuk demonstrasi gabungan kasih sayang manusiawi dengan martabat ilahi dari murid yang kenal Tuhan dan yang percaya Anak. Dan semua orang yang hidup demikian akan mewahyukan injil bahkan dengan cara kematian mereka. Kamu dan saudaramu Yohanes akan pergi jalan yang berbeda, dan salah satu dari kamu boleh duduk dengan aku dalam kerajaan kekal itu jauh sebelum yang satunya. Akan banyak membantu kamu jika kamu mau belajar bahwa hikmat sejati itu mencakup kebijaksanaan demikian pula keberanian. Kamu harus belajar kebijaksanaan untuk berjalan bersama dengan keagresifan kamu. Akan datang saat-saat tertinggi ketika murid-muridku tidak akan ragu untuk menyerahkan nyawa mereka bagi injil ini, tetapi dalam semua keadaan yang biasa akan jauh lebih baik untuk menenangkan amarah orang-orang yang tidak percaya supaya kamu dapat hidup dan terus memberitakan kabar gembira itu. Sejauh hal itu tergantung pada kuasamu, hiduplah lama di bumi sehingga hidupmu bertahun-tahun itu dapat berbuah jiwa-jiwa yang dimenangkan untuk kerajaan surga.”
181:2.15 (1958.2) Jesus then stepped over to James Zebedee, who stood in silence as the Master addressed him, saying: “James, when you and your younger brother once came to me seeking preferment in the honors of the kingdom, and I told you such honors were for the Father to bestow, I asked if you were able to drink my cup, and both of you answered that you were. Even if you were not then able, and if you are not now able, you will soon be prepared for such a service by the experience you are about to pass through. By such behavior you angered your brethren at that time. If they have not already fully forgiven you, they will when they see you drink my cup. Whether your ministry be long or short, possess your soul in patience. When the new teacher comes, let him teach you the poise of compassion and that sympathetic tolerance which is born of sublime confidence in me and of perfect submission to the Father’s will. Dedicate your life to the demonstration of that combined human affection and divine dignity of the God-knowing and Son-believing disciple. And all who thus live will reveal the gospel even in the manner of their death. You and your brother John will go different ways, and one of you may sit down with me in the eternal kingdom long before the other. It would help you much if you would learn that true wisdom embraces discretion as well as courage. You should learn sagacity to go along with your aggressiveness. There will come those supreme moments wherein my disciples will not hesitate to lay down their lives for this gospel, but in all ordinary circumstances it would be far better to placate the wrath of unbelievers that you might live and continue to preach the glad tidings. As far as lies in your power, live long on the earth that your life of many years may be fruitful in souls won for the heavenly kingdom.”
    Setelah Guru selesai berbicara dengan Yakobus Zebedeus, dia melangkah keliling ke ujung meja dimana Andreas duduk dan, sambil melihat mata pembantunya yang setia itu, mengatakan: “Andreas, kamu telah dengan setia mewakili aku sebagai penjabat kepala duta-duta kerajaan surgawi. Meskipun kamu kadang-kadang ragu dan pada waktu-waktu lain menunjukkan sifat segan yang berbahaya, namun, kamu selalu dengan tulus adil dan jelas wajar dalam berurusan dengan rekan-rekanmu. Sejak pentahbisan kamu dan saudara-saudaramu sebagai utusan kerajaan, kamu telah mengatur sendiri dalam semua urusan administrasi kelompok kecuali bahwa aku menunjuk kamu sebagai penjabat kepala orang-orang pilihan ini. Tidak ada dalam urusan duniawi lainnya aku telah bertindak untuk menyuruh atau untuk mempengaruhi keputusanmu. Dan ini aku lakukan dalam rangka untuk menyediakan kepemimpinan dalam pengaturan semua pertemuan kelompok kamu berikutnya. Dalam alam semestaku dan dalam alam segala alam-alam semesta Bapaku, para anak-saudara kita diurusi sebagai individu dalam semua hubungan rohani mereka, tetapi dalam semua hubungan kelompok kita selalu menyediakan kepemimpinan yang jelas. Kerajaan kita adalah wilayah yang tertib, dan dimana dua atau lebih makhluk yang memiliki kehendak bertindak dalam kerjasama, ada selalu disediakan wewenang untuk kepemimpinan.
181:2.16 (1958.3) When the Master had finished speaking to James Zebedee, he stepped around to the end of the table where Andrew sat and, looking his faithful helper in the eyes, said: “Andrew, you have faithfully represented me as acting head of the ambassadors of the heavenly kingdom. Although you have sometimes doubted and at other times manifested dangerous timidity, still, you have always been sincerely just and eminently fair in dealing with your associates. Ever since the ordination of you and your brethren as messengers of the kingdom, you have been self-governing in all group administrative affairs except that I designated you as the acting head of these chosen ones. In no other temporal matter have I acted to direct or to influence your decisions. And this I did in order to provide for leadership in the direction of all your subsequent group deliberations. In my universe and in my Father’s universe of universes, our brethren-sons are dealt with as individuals in all their spiritual relations, but in all group relationships we unfailingly provide for definite leadership. Our kingdom is a realm of order, and where two or more will creatures act in co-operation, there is always provided the authority of leadership.
    “Dan sekarang, Andreas, karena kamu adalah kepala untuk saudara-saudaramu oleh wewenang dari penunjukanku, dan karena kamu telah menjabat seperti itu sebagai perwakilan pribadiku, dan karena aku hendak meninggalkan kamu dan pergi kepada Bapaku, aku membebaskan kamu dari semua tanggung jawab dalam hal urusan duniawi dan administrasi ini. Mulai sekarang kamu tidak boleh menjalankan kewenangan hukum atas saudara-saudaramu, kecuali apa yang telah kamu peroleh dalam kapasitasmu sebagai pemimpin rohani, dan yang sebab itu saudara-saudaramu dengan sukarela mengakuinya. Dari jam ini kamu tidak boleh menjalankan wewenang atas saudara-saudaramu kecuali mereka mengembalikan kewenangan tersebut kepada kamu oleh tindakan mereka membuat peraturan yang jelas setelah aku pergi kepada Bapa. Namun pelepasan dari tanggung jawab sebagai kepala pengelolaan kelompok ini tidak dengan cara apapun mengurangi tanggung jawab moral kamu untuk melakukan segalanya dalam kemampuanmu untuk mempertahankan saudara-saudaramu agar tetap bersama-sama dengan tangan yang kukuh dan penuh kasih selama waktu ujian yang tepat di depan, hari-hari yang harus berada antara keberangkatanku secara jasmani dan pengiriman guru baru itu yang akan hidup dalam hatimu, dan yang pada akhirnya akan membawa kamu ke dalam seluruh kebenaran. Sementara aku bersiap untuk meninggalkan kamu, aku akan membebaskan kamu dari semua tanggung jawab pengelolaan yang permulaan dan wewenangnya berasal dari kehadiranku sebagai seorang di antara kamu. Mulai saat ini aku akan memberlakukan hanya wewenang rohani atas kamu dan antara kamu.
181:2.17 (1959.1) “And now, Andrew, since you are the chief of your brethren by authority of my appointment, and since you have thus served as my personal representative, and as I am about to leave you and go to my Father, I release you from all responsibility as regards these temporal and administrative affairs. From now on you may exercise no jurisdiction over your brethren except that which you have earned in your capacity as spiritual leader, and which your brethren therefore freely recognize. From this hour you may exercise no authority over your brethren unless they restore such jurisdiction to you by their definite legislative action after I shall have gone to the Father. But this release from responsibility as the administrative head of this group does not in any manner lessen your moral responsibility to do everything in your power to hold your brethren together with a firm and loving hand during the trying time just ahead, those days which must intervene between my departure in the flesh and the sending of the new teacher who will live in your hearts, and who ultimately will lead you into all truth. As I prepare to leave you, I would liberate you from all administrative responsibility which had its inception and authority in my presence as one among you. Henceforth I shall exercise only spiritual authority over you and among you.
    "Jika saudara-saudara kamu ingin mempertahankan kamu sebagai penasihat mereka, aku menyuruh agar kamu akan, dalam segala hal yang duniawi dan rohani, untuk melakukan yang terbaik untuk meningkatkan kedamaian dan keharmonisan antara berbagai kelompok orang percaya injil yang tulus. Abdikan sisa hidupmu untuk meningkatkan sisi-sisi praktis dari kasih persaudaraan di antara saudara-saudaramu. Jadilah baik hati kepada saudara-saudaraku dalam daging ketika mereka menjadi sepenuhnya percaya injil ini; tunjukkan pengabdian penuh kasih dan tidak memihak kepada orang-orang Yunani di Barat dan kepada Abner di Timur. Meskipun ini, rasul-rasulku, akan segera tersebar ke empat penjuru bumi, untuk memberitakan kabar baik tentang keselamatan sebagai anak Tuhan, kamu perlu mempertahankan mereka bersama-sama selama waktu cobaan yang tepat di depan, masa ujian berat yang selama itu kamu harus belajar untuk percaya injil ini tanpa kehadiran pribadiku sementara kamu sabar menunggu kedatangan guru baru, Roh Kebenaran itu. Dan begitulah, Andreas, meskipun mungkin bukan bagian kamu untuk melakukan karya-karya besar seperti yang terlihat oleh manusia, jadilah puas menjadi guru dan penasihat orang-orang yang melakukan hal-hal tersebut. Lanjutkan pekerjaanmu di bumi sampai akhir, dan kemudian kamu akan meneruskan pelayanan ini dalam kerajaan kekal, karena bukankah banyak kali telah kukatakan bahwa aku memiliki domba-domba lain yang bukan dari kawanan ini?”
181:2.18 (1959.2) “If your brethren desire to retain you as their counselor, I direct that you should, in all matters temporal and spiritual, do your utmost to promote peace and harmony among the various groups of sincere gospel believers. Dedicate the remainder of your life to promoting the practical aspects of brotherly love among your brethren. Be kind to my brothers in the flesh when they come fully to believe this gospel; manifest loving and impartial devotion to the Greeks in the West and to Abner in the East. Although these, my apostles, are soon going to be scattered to the four corners of the earth, there to proclaim the good news of the salvation of sonship with God, you are to hold them together during the trying time just ahead, that season of intense testing during which you must learn to believe this gospel without my personal presence while you patiently await the arrival of the new teacher, the Spirit of Truth. And so, Andrew, though it may not fall to you to do the great works as seen by men, be content to be the teacher and counselor of those who do such things. Go on with your work on earth to the end, and then shall you continue this ministry in the eternal kingdom, for have I not many times told you that I have other sheep not of this flock?”
    Yesus kemudian pindah ke si kembar Alfeus, dan sambil berdiri di antara mereka, mengatakan: “Anak-anakku yang kecil, kamu adalah satu dari tiga kelompok bersaudara yang memilih untuk mengikuti aku. Semua kamu berenam telah berbuat baik untuk bekerja dengan tenang dengan saudara kandung kamu sendiri, tetapi tidak ada yang melakukannya lebih baik daripada kamu. Masa-masa sulit ada di depan kita. Kamu mungkin tidak memahami semua yang akan menimpa kamu dan saudara-saudara kamu, tetapi jangan pernah ragu bahwa kamu pernah dipanggil pada pekerjaan kerajaan. Untuk sementara waktu tidak akan ada orang banyak untuk dikelola, tapi jangan tawar hati; ketika pekerjaan hidup kamu selesai, aku akan menerima kamu di tempat tinggi, dimana dalam kemuliaan kamu akan menceritakan tentang keselamatan kamu kepada kawanan malaikat dan kepada banyak para Putra tinggi Tuhan. Abdikan hidupmu untuk peningkatan pekerjaan sehari-hari. Tunjukkan semua manusia di bumi dan malaikat di surga bagaimana riang dan bersemangatnya manusia fana bisa, setelah dipanggil untuk bekerja selama satu masa dalam layanan khusus Tuhan, kembali ke pekerjaan dari hari-hari sebelumnya. Jika, untuk saat ini, pekerjaan kamu dalam urusan kerajaan yang kasat mata telah selesai, kamu harus kembali ke pekerjaan kamu sebelumnya dengan pencerahan baru dari pengalaman sebagai anak Tuhan dan dengan kesadaran dimuliakan bahwa, kepada siapa yang mengenal Tuhan, tidak ada hal yang dianggap kerja biasa atau pekerjaan sekuler. Bagi kamu yang telah bekerja dengan aku, segala hal telah menjadi sakral, dan semua kerja duniawi telah menjadi layanan bahkan kepada Tuhan sang Bapa. Dan ketika kamu mendengar berita tentang perbuatan-perbuatan mantan rekan-rekan kerasulan kamu, bersukacitalah dengan mereka dan lanjutkan pekerjaan kamu sehari-hari sebagai orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan dan melayani sementara mereka menunggu. Kamu telah menjadi rasulku, dan selalu akan tetap demikian, dan aku akan mengingat kamu dalam kerajaan yang akan datang.”
181:2.19 (1959.3) Jesus then went over to the Alpheus twins and, standing between them, said: “My little children, you are one of the three groups of brothers who chose to follow after me. All six of you have done well to work in peace with your own flesh and blood, but none have done better than you. Hard times are just ahead of us. You may not understand all that will befall you and your brethren, but never doubt that you were once called to the work of the kingdom. For some time there will be no multitudes to manage, but do not become discouraged; when your lifework is finished, I will receive you on high, where in glory you shall tell of your salvation to seraphic hosts and to multitudes of the high Sons of God. Dedicate your lives to the enhancement of commonplace toil. Show all men on earth and the angels of heaven how cheerfully and courageously mortal man can, after having been called to work for a season in the special service of God, return to the labors of former days. If, for the time being, your work in the outward affairs of the kingdom should be completed, you should go back to your former labors with the new enlightenment of the experience of sonship with God and with the exalted realization that, to him who is God-knowing, there is no such thing as common labor or secular toil. To you who have worked with me, all things have become sacred, and all earthly labor has become a service even to God the Father. And when you hear the news of the doings of your former apostolic associates, rejoice with them and continue your daily work as those who wait upon God and serve while they wait. You have been my apostles, and you always shall be, and I will remember you in the kingdom to come.”
    Kemudian Yesus beralih ke Filipus, yang, sambil bangkit berdiri, mendengar pesan ini dari Gurunya: “Filipus, kamu telah mengajukan padaku banyak pertanyaan bodoh, tapi aku telah melakukan yang terbaik yang aku bisa untuk menjawabnya satu persatu, dan sekarang aku akan menjawab yang terakhir dari pertanyaan-pertanyaan tersebut yang muncul dalam benak kamu yang paling jujur tapi tidak rohani itu. Setiap waktu aku datang mendekat ke arah kamu, kamu telah mengatakan kepada dirimu sendiri, 'Apa yang harus aku lakukan jika Guru pergi dan meninggalkan kita sendirian dalam dunia?' O, kamu yang kecil iman! Namun demikian kamu hampir sama seperti banyak dari saudara-saudaramu. Kamu telah menjadi pengurus yang baik, Filipus. Kamu gagal hanya beberapa kali, dan satu dari kegagalan itu kita manfaatkan untuk menunjukkan kemuliaan Bapa. Jabatan kepengurusan kamu akan hampir usai. Kamu harus segera lebih sepenuhnya melakukan pekerjaan untuk apa kamu dipanggil—yaitu pemberitaan injil kerajaan ini. Filipus, kamu selalu ingin diperlihatkan, dan sangat segera akan kamu lihat hal-hal besar. Jauh lebih baik bahwa kamu akan melihat semua ini oleh iman, tetapi karena kamu tulus bahkan dalam kecenderungan pandangan jasmani kamu, kamu akan hidup untuk melihat kata-kataku digenapi. Dan kemudian, ketika kamu diberkati dengan visi rohani, majulah ke pekerjaan kamu, abdikan hidup kamu untuk tujuan memimpin manusia untuk mencari Tuhan dan untuk mencari kenyataan kekal dengan mata iman rohani dan bukan dengan mata pikiran jasmani. Ingatlah, Filipus, kamu memiliki misi besar di bumi, karena dunia ini penuh dengan orang-orang yang melihat kehidupan persis seperti kecenderungan kamu. Kamu memiliki pekerjaan besar untuk dilakukan, dan ketika itu selesai dalam iman, kamu akan datang kepadaku dalam kerajaanku, dan aku akan sangat senang memperlihatkan kepada kamu apa yang mata belum lihat, telinga dengar, atau yang pikiran manusia bayangkan. Sementara itu, jadilah seperti seorang anak kecil dalam kerajaan roh dan izinkan aku, sebagai roh dari guru baru itu, untuk memimpin kamu maju dalam kerajaan rohani. Dan dengan cara ini aku akan dapat berbuat banyak untuk kamu yang aku tidak bisa capai ketika aku berjalan dengan kamu sebagai seorang manusia di alam ini. Dan selalu ingat, Filipus, siapa yang telah melihat aku telah melihat Bapa.”
181:2.20 (1960.1) And then Jesus went over to Philip, who, standing up, heard this message from his Master: “Philip, you have asked me many foolish questions, but I have done my utmost to answer every one, and now would I answer the last of such questionings which have arisen in your most honest but unspiritual mind. All the time I have been coming around toward you, have you been saying to yourself, ‘What shall I ever do if the Master goes away and leaves us alone in the world?’ O, you of little faith! And yet you have almost as much as many of your brethren. You have been a good steward, Philip. You failed us only a few times, and one of those failures we utilized to manifest the Father’s glory. Your office of stewardship is about over. You must soon more fully do the work you were called to do—the preaching of this gospel of the kingdom. Philip, you have always wanted to be shown, and very soon shall you see great things. Far better that you should have seen all this by faith, but since you were sincere even in your material sightedness, you will live to see my words fulfilled. And then, when you are blessed with spiritual vision, go forth to your work, dedicating your life to the cause of leading mankind to search for God and to seek eternal realities with the eye of spiritual faith and not with the eyes of the material mind. Remember, Philip, you have a great mission on earth, for the world is filled with those who look at life just as you have tended to. You have a great work to do, and when it is finished in faith, you shall come to me in my kingdom, and I will take great pleasure in showing you that which eye has not seen, ear heard, nor the mortal mind conceived. In the meantime, become as a little child in the kingdom of the spirit and permit me, as the spirit of the new teacher, to lead you forward in the spiritual kingdom. And in this way will I be able to do much for you which I was not able to accomplish when I sojourned with you as a mortal of the realm. And always remember, Philip, he who has seen me has seen the Father.”
    Lalu beralihlah Guru ke Natanael. Saat Natanael berdiri, Yesus memintanya untuk duduk dan sambil duduk di sisinya, mengatakan: “Natanael, kamu telah belajar untuk hidup di atas prasangka dan mempraktekkan peningkatan toleransi sejak kamu menjadi rasulku. Tapi ada banyak lagi untuk kamu pelajari. Kamu telah menjadi berkat bagi rekan-rekan kamu dalam hal bahwa mereka selalu diingatkan oleh ketulusanmu yang konsisten. Setelah aku pergi, mungkin keterus-teranganmu itulah yang akan mengganggu kamu sehingga tidak bisa berjalan bersama dengan baik dengan saudara-saudaramu, yang lama maupun yang baru. Kamu harus belajar bahwa ekspresi pikiran yang baik pun harus diatur agar sesuai dengan status kecerdasan dan perkembangan rohani pendengarnya. Ketulusan itu paling berguna dalam pekerjaan kerajaan ketika dikawinkan dengan kebijaksanaan.
181:2.21 (1960.2) Then went the Master over to Nathaniel. As Nathaniel stood up, Jesus bade him be seated and, sitting down by his side, said: “Nathaniel, you have learned to live above prejudice and to practice increased tolerance since you became my apostle. But there is much more for you to learn. You have been a blessing to your fellows in that they have always been admonished by your consistent sincerity. When I have gone, it may be that your frankness will interfere with your getting along well with your brethren, both old and new. You should learn that the expression of even a good thought must be modulated in accordance with the intellectual status and spiritual development of the hearer. Sincerity is most serviceable in the work of the kingdom when it is wedded to discretion.
    “Jika kamu mau belajar untuk bekerja dengan saudara-saudaramu, kamu mungkin mencapai hal-hal yang lebih permanen, tetapi jika kamu menemukan dirimu keluar mencari orang-orang yang berpikir seperti yang kamu lakukan, dalam kejadian itu abdikan hidupmu untuk membuktikan bahwa murid yang kenal Tuhan dapat menjadi seorang pembangun kerajaan bahkan ketika sendirian di dunia dan sepenuhnya terasing dari rekan-rekan seimannya. Aku tahu kamu akan setia sampai akhir, dan aku akan suatu hari menyambut kamu ke layanan yang diperluas di kerajaanku di tempat tinggi.”
181:2.22 (1961.1) “If you would learn to work with your brethren, you might accomplish more permanent things, but if you find yourself going off in quest of those who think as you do, in that event dedicate your life to proving that the God-knowing disciple can become a kingdom builder even when alone in the world and wholly isolated from his fellow believers. I know you will be faithful to the end, and I will some day welcome you to the enlarged service of my kingdom on high.”
    Kemudian Natanael berbicara, mengajukan Yesus pertanyaan ini: “Aku telah memperhatikan pengajaranmu sejak pertama kali engkau memanggil aku pada layanan kerajaan ini, tapi jujur saja aku tidak bisa memahami arti penuh semua yang engkau beritahukan kepada kami. Aku tidak tahu apa yang diharapkan selanjutnya, dan aku pikir sebagian besar dari saudara-saudaraku juga kebingungan, tapi mereka ragu-ragu untuk mengakui kebingungan mereka. Dapatkah engkau menolong aku?” Yesus, sambil meletakkan tangannya di bahu Natanael, mengatakan: “Temanku, tidak aneh bahwa kamu akan menjumpai kebingungan dalam upayamu untuk menangkap makna ajaran rohaniku karena kamu begitu terhambat oleh praanggapan dari tradisi Yahudimu dan begitu dibingungkan oleh kecenderungan terus-menerusmu untuk menafsirkan injilku sesuai dengan ajaran-ajaran dari ahli-ahli kitab dan orang-orang Farisi.
181:2.23 (1961.2) Then Nathaniel spoke, asking Jesus this question: “I have listened to your teaching ever since you first called me to the service of this kingdom, but I honestly cannot understand the full meaning of all you tell us. I do not know what to expect next, and I think most of my brethren are likewise perplexed, but they hesitate to confess their confusion. Can you help me?” Jesus, putting his hand on Nathaniel’s shoulder, said: “My friend, it is not strange that you should encounter perplexity in your attempt to grasp the meaning of my spiritual teachings since you are so handicapped by your preconceptions of Jewish tradition and so confused by your persistent tendency to interpret my gospel in accordance with the teachings of the scribes and Pharisees.
    “Aku telah banyak mengajarimu oleh perkataan, dan aku telah menjalani hidup di antara kamu. Aku telah melakukan semua yang bisa dilakukan untuk menerangi pikiranmu dan membebaskan jiwamu, dan apa yang kamu tidak bisa dapatkan dari ajaranku dan hidupku, kamu sekarang harus bersiap untuk memperolehnya di tangan tuan semua guru itu—yaitu pengalaman nyata. Dan dalam semua pengalaman baru ini yang sekarang menanti kamu, aku akan pergi mendahului kamu dan Roh Kebenaran akan ada bersama kamu. Jangan takut; apa yang sekarang kamu gagal pahami, sang guru baru itu, setelah ia datang, akan mengungkapkan kepadamu sepanjang sisa hidupmu di bumi dan terus melalui pelatihanmu dalam zaman-zaman yang kekal.”
181:2.24 (1961.3) “I have taught you much by word of mouth, and I have lived my life among you. I have done all that can be done to enlighten your minds and liberate your souls, and what you have not been able to get from my teachings and my life, you must now prepare to acquire at the hand of that master of all teachers—actual experience. And in all of this new experience which now awaits you, I will go before you and the Spirit of Truth shall be with you. Fear not; that which you now fail to comprehend, the new teacher, when he has come, will reveal to you throughout the remainder of your life on earth and on through your training in the eternal ages.”
    Kemudian Guru, berpaling kepada semua mereka, mengatakan: “Janganlah kecewa kalau kamu gagal untuk menangkap makna penuh dari injil. Kamu hanyalah manusia yang terbatas, insan fana, dan apa yang telah aku ajarkan itu tanpa batas, ilahi, dan kekal. Bersabarlah dan tetap bersemangat karena masih ada zaman-zaman kekal di depan kamu untuk melanjutkan pencapaian maju pengalaman untuk menjadi sempurna, seperti Bapamu yang di Firdaus adalah sempurna.”
181:2.25 (1961.4) And then the Master, turning to all of them, said: “Be not dismayed that you fail to grasp the full meaning of the gospel. You are but finite, mortal men, and that which I have taught you is infinite, divine, and eternal. Be patient and of good courage since you have the eternal ages before you in which to continue your progressive attainment of the experience of becoming perfect, even as your Father in Paradise is perfect.”
    Kemudian Yesus pindah kepada Tomas, yang, sambil bangkit berdiri, mendengar dia berkata: “Tomas, kamu sering kurang iman; namun demikian, setelah kamu melewati masa-masa kebimbanganmu, kamu tidak pernah kurang keberanian. Aku tahu betul bahwa nabi-nabi palsu dan guru-guru tiruan itu tidak akan menipu kamu. Setelah aku pergi, saudara-saudaramu akan lebih menghargai cara kritis kamu dalam memandang ajaran-ajaran baru. Dan ketika kamu semua tersebar sampai ke ujung bumi dalam masa-masa yang akan datang, ingatlah bahwa kamu masih duta utusanku. Abdikan hidupmu untuk pekerjaan besar menunjukkan bagaimana pikiran jasmani kritis manusia dapat menang atas kecenderungan tidak berbuat apa-apa dari keraguan intelektual, ketika diperhadapkan dengan penampilan manifestasi kebenaran menjalani hidup ketika hal itu bekerja dalam pengalaman pria dan wanita yang lahir dari roh yang menghasilkan buah-buah dari roh dalam hidup mereka, dan yang saling mengasihi satu sama lain, seperti aku pun telah mengasihi kamu. Tomas, aku senang kamu bergabung dengan kami, dan aku tahu, setelah masa singkat kebingungan, kamu akan melanjutkan lagi dalam pelayanan kerajaan. Keraguanmu telah membuat galau saudara-saudaramu, tetapi hal-hal itu tidak pernah mengganggu aku. Aku mempercayaimu, dan aku akan pergi mendahului kamu bahkan sampai ke bagian yang paling jauh dari bumi.”
181:2.26 (1962.1) And then Jesus went over to Thomas, who, standing up, heard him say: “Thomas, you have often lacked faith; however, when you have had your seasons with doubt, you have never lacked courage. I know well that the false prophets and spurious teachers will not deceive you. After I have gone, your brethren will the more appreciate your critical way of viewing new teachings. And when you all are scattered to the ends of the earth in the times to come, remember that you are still my ambassador. Dedicate your life to the great work of showing how the critical material mind of man can triumph over the inertia of intellectual doubting when faced by the demonstration of the manifestation of living truth as it operates in the experience of spirit-born men and women who yield the fruits of the spirit in their lives, and who love one another, even as I have loved you. Thomas, I am glad you joined us, and I know, after a short period of perplexity, you will go on in the service of the kingdom. Your doubts have perplexed your brethren, but they have never troubled me. I have confidence in you, and I will go before you even to the uttermost parts of the earth.”
    Kemudian Guru beralih ke Simon Petrus, yang berdiri sementara Yesus berbicara kepadanya: “Petrus, aku tahu kamu mengasihi aku, dan bahwa kamu akan mengabdikan hidupmu untuk pemberitaan umum injil kerajaan ini kepada orang Yahudi dan kafir, tapi aku tertekan karena tahun-tahunmu bekerjasama dekat dengan aku itu belum berbuat banyak untuk membantu kamu agar berpikir dulu sebelum kamu berbicara. Pengalaman apa yang harus kamu lewati sebelum kamu mau belajar untuk menjaga bibirmu? Berapa banyak masalah yang telah kamu buat bagi kita karena bicaramu yang tidak dipikir, oleh kepercayaan dirimu yang lancang! Dan kamu ditakdirkan untuk membuat lebih banyak masalah lagi bagi dirimu sendiri jika kamu tidak menguasai kelemahan ini. Kamu tahu bahwa saudara-saudaramu mengasihimu meskipun kelemahan ini, dan kamu juga harus paham bahwa kekurangan ini sama sekali tidak merusak kasih sayangku kepadamu, tetapi hal itu mengurangi kebergunaan kamu dan tidak berhenti membuat masalah bagi kamu. Tapi kamu tentu akan menerima bantuan besar dari pengalaman yang kamu akan lewati malam ini juga. Dan apa yang sekarang aku katakan pada kamu, Simon Petrus, aku demikian juga katakan kepada semua saudara-saudaramu yang di sini berkumpul: Malam ini kamu semua akan berada dalam bahaya besar jatuh tersandung karena aku. Kamu tahu ada tertulis, 'Bunuhlah gembala, sehingga domba-domba tercerai-berai.’ Ketika aku tidak hadir, ada bahaya besar bahwa beberapa dari kamu akan jatuh pada keraguan dan tersandung karena apa yang menimpaku. Tapi aku berjanji padamu sekarang bahwa aku akan datang kembali kepada kamu sesaat lagi, dan bahwa aku kemudian akan pergi mendahului kamu ke Galilea.”
181:2.27 (1962.2) Then the Master went over to Simon Peter, who stood up as Jesus addressed him: “Peter, I know you love me, and that you will dedicate your life to the public proclamation of this gospel of the kingdom to Jew and gentile, but I am distressed that your years of such close association with me have not done more to help you think before you speak. What experience must you pass through before you will learn to set a guard upon your lips? How much trouble have you made for us by your thoughtless speaking, by your presumptuous self-confidence! And you are destined to make much more trouble for yourself if you do not master this frailty. You know that your brethren love you in spite of this weakness, and you should also understand that this shortcoming in no way impairs my affection for you, but it lessens your usefulness and never ceases to make trouble for you. But you will undoubtedly receive great help from the experience you will pass through this very night. And what I now say to you, Simon Peter, I likewise say to all your brethren here assembled: This night you will all be in great danger of stumbling over me. You know it is written, ‘The shepherd will be smitten and the sheep will be scattered abroad.’ When I am absent, there is great danger that some of you will succumb to doubts and stumble because of what befalls me. But I promise you now that I will come back to you for a little while, and that I will then go before you into Galilee.”
    Maka kata Petrus, sambil menempatkan tangannya di bahu Yesus: “Tidak masalah jika semua saudaraku akan jatuh pada keraguan karena engkau, aku berjanji bahwa aku tidak akan jatuh karena apapun yang engkau mungkin lakukan. Aku akan pergi dengan engkau dan, jika perlu, mati untuk engkau.”
181:2.28 (1962.3) Then said Peter, placing his hand on Jesus’ shoulder: “No matter if all my brethren should succumb to doubts because of you, I promise that I will not stumble over anything you may do. I will go with you and, if need be, die for you.”
    Saat Petrus berdiri di sana di depan Gurunya, gemetar seluruh badannya oleh emosi yang kuat dan meluap dengan kasih sejati baginya Yesus menatap langsung ke matanya yang basah itu sambil berkata: “Petrus, sesungguhnya, aku berkata kepadamu, malam ini ayam tidak akan berkokok sebelum kamu menyangkal aku tiga atau empat kali. Dan dengan begitu apa yang kamu gagal pelajari dari hubungan damai dengan aku, kamu akan pelajari melalui banyak kesulitan dan banyak kesedihan. Dan setelah kamu benar-benar belajar pelajaran yang diperlukan ini, kamu akan menguatkan saudara-saudaramu dan melanjutkan menjalani hidup yang diabdikan untuk memberitakan injil ini, meskipun kamu mungkin masuk ke dalam penjara dan, mungkin, mengikuti aku dalam membayar harga tertinggi untuk pelayanan kasih dalam pembangunan kerajaan-Nya Bapa.
181:2.29 (1962.4) As Peter stood there before his Master, all atremble with intense emotion and overflowing with genuine love for him, Jesus looked straight into his moistened eyes as he said: “Peter, verily, verily, I say to you, this night the cock will not crow until you have denied me three or four times. And thus what you have failed to learn from peaceful association with me, you will learn through much trouble and many sorrows. And after you have really learned this needful lesson, you should strengthen your brethren and go on living a life dedicated to preaching this gospel, though you may fall into prison and, perhaps, follow me in paying the supreme price of loving service in the building of the Father’s kingdom.
    “Tapi ingatlah janjiku: Ketika aku dibangkitkan, aku akan menunggu bersama kamu untuk sementara sebelum aku pergi kepada Bapa. Dan bahkan malam ini aku akan membuat permohonan kepada Bapa agar Dia menguatkan masing-masing kamu untuk menghadapi apa yang sekarang kamu harus lewati begitu segera. Aku mengasihi kamu semua dengan kasih seperti Bapa mengasihi aku, dan oleh karenanya haruslah kamu selanjutnya saling mengasihi satu sama lain, seperti aku pun telah mengasihi kamu.”
181:2.30 (1962.5) “But remember my promise: When I am raised up, I will tarry with you for a season before I go to the Father. And even this night will I make supplication to the Father that he strengthen each of you for that which you must now so soon pass through. I love you all with the love wherewith the Father loves me, and therefore should you henceforth love one another, even as I have loved you.”
    Dan kemudian, setelah mereka menyanyikan sebuah mazmur, mereka berangkat ke perkemahan di Bukit Zaitun.
181:2.31 (1962.6) And then, when they had sung a hymn, they departed for the camp on the Mount of Olives.



Back to Top